PhD: 3 tahun apa 4 tahun?

“Wah, berarti akhir tahun ini selesai yaa PhD-nya.. ditunggu kontribusinya di Universitas lho mas Hero”.

“Tapi studi saya masih sampai akhir tahun 2017, bu. Bukan 3 tahun, tapi 4 tahun”.

“Kok 4 tahun? bukannya PhD selesai 3 tahun?”.

dan saya-pun hanya meringis menanggapi pertanyaan bu Rektor dan berusaha menjelaskan ke beliau bahwa PhD di Belanda memang 4 tahun kontrak.

Pertanyaan bu Dwikorita mengenai durasi waktu studi PhD, saat pertemuan di Den Haag 4 February 2016 yang lalu, bukan yang pertama kali saya terima. Cukup banyak pertanyaan dari kolega lain yang dasarnya dari membandingkan dengan studi S3 di Indonesia yang ‘hanya’ 3 tahun. Selain itu, beberapa kolega di kampus yang studi S3 di Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, dan negara2 Asia seperti Thailand, Malaysia dan China juga menyelesaikannya dalam 3 tahun. Agak aneh memang, kok studi di Belanda mbedani dewe. Well, tidak hanya Belanda sih yang standar studi S3 nya 4 tahun, setahu saya Amerika Serikat juga 4 tahun (sebagian besar Universitas di US bahkan menetapkan 5 tahun: 2 tahun kuliah dan 3 tahun penelitian). Saya terus terang tidak tahu detil apa yang membedakan antara studi S3 yang durasi 3 tahun dan 4 tahun (atau lebih). Yang pasti, dampak perbedaan durasi studi tersebut sangat terasa bagi promovendus yang studi dengan beasiswa pemerintah i.e. DIKTI. Yes, karena seluruh penerima beasiswa S3 dari DIKTI dipukul rata selesai dalam 3 tahun, yang artinya biaya tuition fee, living allowance, dll hanya ditanggung selama 3 tahun. Memang ada kemungkinan perpanjangan 2 semester dengan pengajuan per semester, namun persyaratan administrasinya kadang menyulitkan! Akibatnya, pengajuan perpanjangan studi tahun ke-4 ini belum tentu diterima. Lah, terus bagaimana donk nasib DIKTIers yang studi S3 di Belanda? yang untuk selesai tepat waktu 4 tahun aja susyehhh-nya minta ampun.. πŸ˜€

comics

Photo: nasib Diktiers tahun ke-4

 

Saya beruntung menerima beasiswa S3 DIKTI dengan skema kerjasama antara DIKTI dan KNAW (semacam dikti-nya Belanda) yang menjelaskan bahwa beasiswa tahun ke-4 saya ditanggung oleh Universitas tujuan. Namun, beberapa kawan saya DIKTIers S3 di Belanda ada yang bernasib kurang beruntung. Sebagai contoh, kasus yang dialami kawan saya dari universitas di Malang. Perpanjangan beasiswa semester 7 nya tidak diterima oleh DIKTi dengan alasan berkas yang kurang lengkap. Padahal, kawan saya tersebut mengaku sudah melengkapi berkas dengan lengkap, sesuai yang diminta DIKTI. Ybs sempat bertahan dengan biaya sendiri (dibantu profesor) selama 6 bulan sambil mengurus kemungkinan diterima perpanjangan oleh DIKTI. Namun apa mau dikata, perpanjangan tetap gagal diperoleh dan ybs harus pulang ke Indonesia dan akan kembali lagi ke Belanda kalo sudah waktunya defense. Ybs hingga saat ini sudah 1 tahun pulang ke Indonesia dan belum kembali lagi ke Belanda. Kasus lain, kawan DIKTIers dari satu universitas di Jogja hanya memperoleh living allowance saat perpanjangan semester 7, sementara tuition fee nya tidak dapat. Lah, terus dibayar pake opo donk tuition fee-nya? Saat ini ybs sedang mengupayakan bantuan dari universitas asal untuk membantu membayarkan tuition fee-nya. Dua contoh tersebut hanya sebagian kecil masalah yang muncul karena kekakuan sistem beasiswa DIKTI dalam menyamaratakan durasi studi S3 yang ‘hanya’ 3 tahun. Fyi, salah satu dasar kekakuan DIKTI dalam durasi studi S3 adalah Permendikbud No 49 Tahun 2014 yang menjelaskan di Pasal 17 ayat (3) point 7: “paling sedikit 3 (tiga) tahun untuk program doktor, program doktor terapan, dan program spesialis dua”.

Jadi jelas bahwa tidak banyak yang tahu kalau studi S3 di Belanda (paling cepat) selesai dalam 4 tahun! Sistem S3 di Belanda memang beda dengan kebanyakan negara lain. Kami disini berstatus sebagai pegawai (medewerker), bukan sebagai pelajar (student). Sejak awal saya sudah dijelaskan oleh promotor bahwa kontrak S3 saya berdurasi 4 tahun dengan capaian minimal 4 paper yang terpublikasi (or at least accepted) di Jurnal bereputasi (list Q1 di Scimagojr atau Impact Factor > 2.5). Asesmen awal dilakukan di 6 – 9 bulan pertama dimana kandidat doktor harus lulus defense proposal, dengan kemungkinan perpanjangan (perbaikan) 3 bulan. Selain itu, kandidat juga diberi beban perkuliahan (termasuk nulis proposal, bimbing S2, dll.) sebesar 30 ECTS yang bisa diambil dan dipilih sesuai kebutuhan penelitian. Saat awal dibriefing profesor seperti itu saya hanya manggut-manggut ora donk. Saya masih terbawa suasana euforia karena bisa studi di Belanda dan benar-benar tidak ada bayangan seberapa tough-nya menulis paper di jurnal bereputasi A. Maklum, track-records saya sebelumnya cuma nulis paper untuk jurnal nasional saja atau mentook paper untuk seminar internasional. Setelah hampir 2,5 tahun, ternyata eh ternyata, nulis paper peer-reviewed itu ..hufffftttttt.. *tarik nafas dalammmmm bangettt sesuatuu banget nget nget.. bisa bikin kita jadi lebih dekat dengan Alloh SWT, dan jadi lebih sering istighfar.. πŸ™‚

IMG-20160124-WA0060

Photo: my reflection

 

Kembali ke laptop! jadi 4 tahun apa mesti lulus? jawabannya Insya Allah.. memang harus banyak2 doa supaya pas 4 tahun. Sejauh yang saya tahu, kalau menggunakan standar yang saya sebut tadi dan bisa lulus PhD di Belanda pas 4 tahun, itu berarti kandidat memang super dahsyatt. Hitung2 saja, waktu riil untuk penelitian hanya 3 tahun (1 tahun-nya untuk orientasi, mengambil kelas kuliah, proposal writing dan defense) dengan target 4 paper, dan waktu tunggu PhD defense yang biasanya mencapai 6 bulan sejak submission draft thesis. Untuk yang studi bidang Geoscience, harus ditambahi dengan field works untuk mendapatkan data. Jadi, bagi Diktiers di Belanda yang mengalami gagal perpanjangan tahun ke-4, itu bener-bener (seperti) menaruh garam di atas luka.. perihhh man! pengelola beasiswa DIKTI seharusnya memperhatikan masalah durasi (normal) studi, jangan mensamaratakan selama 3 tahun! Perpanjangan beasiswa bagi Diktiers S3 di Belanda seharusnya dimulai dari semester 9 instead of semester 7. Pilihan harus menyelesaikan studi di Indonesia itu sangat beratttt karena amat sangat susyahh untuk bisa fokus penelitian dan nulis di lingkungan yang kurang mendukung.

I don’t mean to discourage you to pursue your PhD in NL! After all, you decide what you are. Ada banyak juga rekan yang sukses lulus PhD dalam waktu cepat, walaupun tidak tepat waktu amat. Memang susah, tapi benar-benar whorty! Saya merasakan nikmat yang tiada terkira saat menjalani PhD life ini, bisa fokus melakukan penelitian dan nulis paper ternyata sangat mengasyikkan. Apalagi kalau paper kita accepted di jurnal grade A dan bisa publish! wuihhh, rasanyaaa seperti menang lotere! πŸ˜€

Bob Marley pernah ngomong, β€œThough the road’s been rocky it sure feels good to me.” Yes, I love doing this! Pengalaman seumur hidup, bisa hidup di Eropa dan menjelajahi dunia (melalui conferences, courses, etc.). Menjadi bagian dari global citizen. Mau selesai 3 tahun atau 4 tahun (atau lebih) menjadi tidak penting lagi. I just wanna do my best!

———

Enschede, 8 February 2016

21:13 CET